Pada mulanya ahli-ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum ada pembuktian-pembuktian secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara pendekatan yang naturalistik. Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah Thales (624-548 SM) yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin dari air maka jiwa dianggapnya tidak ada.
Tokoh lainnya adalah Anaximander (611-546 SM) yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu yang tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah Empedocles, Hippocrates, dan Democritos. Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam alam semesta, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia terdiri dari tulang, otot, dan usus yang merupakan unsur dari tanah; cairan tubuh merupakan unsur dari air; fungsi rasio dan mental merupakan unsur dari api; sedangkan pendukung dari elemen-elemen atau fungsi hidup adalah udara.
Meskipun pendapat beberapa ahli psikologi berbeda tentang penjelasan psikologi, namun Sigmund Freud-lah (1856-1939) yang dianggap sebagai tokoh utama yang melahirkan Psikoanalisa. Karena Psikoanalisa tidak hanya berusaha menjelaskan segala sesuatu yang tampak dari luar saja, tetapi secara khusus berusaha menerangkan apa yang terjadi di dalam atau di bawah kesadaran manusia, maka Psikoanalisa dikenal juga sebagai Psikologi
B. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PSIKOLOGI
Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri keberadaannya. Istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan kata psikis. Para ahli psikolog terdahulu mendefinisikan psikolog sebagai studi kegiatan mental (Atkinson, 1996:18). Istilah menal menyinggung masalah pikiran, akal, dan ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran, akal, dan ingatan. Jika disimpulkan maka psikologi adalah sebagai studi ilmiah mengenai proses perilaku dan proses mental.
PENDEKATAN PSIKOLOGI
Pendekatan dalam ilmu psikologi secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Secara rinci (Atkinson dan Hilgard, 1996:7-14) membagi psikologi atas lima pendekatan, yaitu pendekatan neurolobiologis, pendekatan-pendekatan perilaku, pendekatan kognitif, pendekatan psikoanalitik, dan pendekatan fenomenologis.
1. Pendekatan Neurobiologis
Pendekatan ini kajiannya menitikberatkan pada pembahasan struktur otak manusia. Otak manusia dengan 12 miliar sel saraf dan sejumlah sel penghubung yang hampir tidak terbatas, merupakan struktur yang paling rumit di alam ini. Kejadian-kejadian psikologis tergambar dalam memori yang digerakkan oleh otak dan sistem saraf. Dalam pendekatan ini, berusaha menghubungkan perilaku dengan hal-hal yang terjadi dalam tubuh, terutama dalam otak dan sistem sarafnya. Dengan demikian, dalam pendekatan ini menkhususkan proses neurobiologi perilaku dan kegiatan mental.
Reaksi emosi seperti rasa takut dan marah dapat dibangkitkan dengan cara memberi rangsangan pada bagiann otak tertentu. Karena rumitnya susunan otak danb terdapat kesenjangan pengetahuan kita mengenai bagaimana mekenisme saraf itu beroperasi sehingga digunakan pula pendekatan lain untuk menyelidiki fenomena psikologis.
2. Pendekatan Behaviorisme (Perilaku)
Pendekatann ini merupakan pendekatan yang mengamati perilaku manusia, bukan mengamati kegiatan-kegiatan bagian tubuh manusia. Pendekatan ini diperkenalkan oleh ahli psikologi Amerika John B. Watson pada awal 1990-an. Sebelumnya psikologi mengandalkan metode instropeksi, namun Watson tidak setuju dengan metode itu, karena psikologi dikatakan sebagai ilmu maka datanya harus dapat diamati dan terukur. Sedangkan instropeksi, hanya individu atau dirinyab sendiri yang mampu menginstropeksi pengamatan dan perasaannya.
Pendekatan perilaku turut berperan dalam pengembangan bentuk psikologi. Cabang perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon (S-R) yang hingga sekarang masih tetap berpengaruh. Pada hakikatnya psikologi S-R mempelajari rangsangan yang menimbulkan respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman (Skinner: 1981).
3. Pendekatan Kognitif
Bertolak dari suatu asumsi bahwa sebagai manusia tidak sekedar penerima rangsangan pasif, otak manusia juga secara aktif mengolah informasi yang diterima dan mengubahnya dalam bentuk serta kategori pengetahuan baru. Kognisi mengacu pada proses mental dari persepsi, ingantan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan persoalan, dan merancang masa depan.
Psikologi kognitif merupakan studi ilmiah mengenai kognisi. Tujuannya adalah untuk mengadakan eksperimen dan mewujudkan teori yang menerangkan bagaimana proses mental disusun dan berfungsi. Akan tetapi, penjelasannya mengharuskan itu membuat ramalan mengenai setiap kegiatan yang dapat diamati, terutama perilaku. Munculnya pendekatan ini sebenarnya sebagai reaksi atas psikologi S-R yang dinilai terlalu sempit dan hanya berlaku untuk perilaku sederhana. Sedangkan kapabilitas manusia itu luas, termasuk dapat berpikir, membuat perencanaan, mengambil keputusan, memilih dengan cermat stimulus mana yang memutuhkan perhatian ekstra, dan sebagainya. Tokoh psikologi kognitif diantaranya psikolog berkebangsaan Inggris, Kenneth Craik.
4. Pendekatan Psikoanalitik
Ahli psikologi Austria, Sigmund Freud mengembangkan pendekatan psikoanalitik yang didasarkan atas studi kasus yang luas dari para pasien secara individual, bukan secara eksperimen. Dasar pemikiran pendekatan ini bahwa sebagian perilaku manusia adalah proses yang tidak disadari ( unconscious processes). Yang dimaksud dengan proses yang tidak disadari adalah pemikiran, rasa takut, dan keinginan yang tidak disadari, tetapi berpengaruh terhadap perilakunya.
5. Pendekatan Psikologi Gestalt
Pendekatan ini menekankan pada konfigurasi yang menyeluruh, diprakarsai oleh Max Wertheimer, Kohler, dan Koffka.
6. Pendekatan Fenomenologi dan Humanistik
Pendekatan ini memusatkan perhatian pada pengalaman subjektifitas individu. Pendekatan ini menekankan pemahaman kejadian atau fenomena yang dialami individu tanpa adanya beban prakonsepsi atau ide teoretis. Para psikolog fenomenologis percaya bahwa kita dapat belajar lebih banyak mengenai kodrat manusia dengan cara mempelajari bagaimana manusia memandang diri dan dunia mereka daripada kita mengamati tindak tanduk mereka.
Di pihak lain para ahli psikologi fenomenologi lebih menitikberatkan pengertian mengenai pengalaman individu daripada mengembangkan teori atau meramalkan perilaku.
No comments:
Post a Comment